Bendera Doa (Lung ta)

Dalam bahasa Tibet, bendera doa disebut lung ta yang diterjemahkan sebagai Kuda Angin. Di tengah-tengah bendera tersebut adalah gambar seekor kuda dengan tiga permata di punggungnya melambangkan Buddha, Dharma dan Sangha. Kuda Angin merepresentasikan kekuatan hebat, mengalahkan kejahatan dan menyusuri jalan menuju pembebasan. Membebaskan rasa takut dan menyingkirkan semua jenis rintangan. Menunggangi angin menyebarkan doa-doa dan aspirasi untuk kepentingan semua makhluk di seluruh dunia.

Bendera-bendera tersebut terdiri dari lima warna: biru, putih, merah, hijau dan kuning yang melambangkan lima Keluarga Buddha; berkah tubuh, ucapan, pikiran, kualitas dan aktivitas Buddha serta melambangkan lima elemen.

Bendera doa mengkiaskan terciptanya perdamaian, kasih sayang, vitalitas, kebijaksanaan dan meningkatnya kemakmuran, di sisi lain adalah hilangnya mara bahaya. Disebutkan bahwa bendera doa membawa berkah kebahagiaan dan kesehatan bagi mereka beserta seluruh keluarganya yang menggantungkan bendera tersebut, orang-orang yang dicintai, para tetangga, orang-orang yang secara kebetulan bertemu dan bahkan musuh-musuhnya.

Orang Tibet mengatakan bahwa jika seseorang memperoleh kemakmuran dan kebahagiaan dalam hidup mereka, itu berarti bahwa mereka memiliki ‘Lung ta’ yang baik. Mereka juga percaya bahwa jika nasib baik tidak kunjung datang, mereka harus menggantung lebih banyak bendera doa.

Secara tradisional, bendera digantung di luar sehingga mereka digerakkan oleh angin dan doa-doa dibawa ke seluruh dunia. Sering kali, mereka menggantung di sekitar tempat-tempat yang menguntungkan seperti kuil, stupa, puncak gunung dan melewati gunung, serta di atas rumah atau ladang. Bendera berkibar oleh angin diperbandingkan dengan derap suara kaki kuda di angkasa.

Yang Arya Nagarjuna menjelaskan bahwa empat kaki Kuda Angin melambangkan empat macam manfaat dari menggantungkan bendera doa: menyingkirkan rintangan dalam memenuhi keinginan duniawi, menyingkirkan rintangan dalam mempraktekkan Dharma, memenuhi keinginan duniawi dan memenuhi keinginan yang terkait dengan praktik Dharma.

Sebelum menggantungkannya, bendera tersebut harus diberkahi oleh seorang lama. Juga memungkinkan untuk menulis nama-nama orang yang secara khusus ingin kita didedikasikan dalam doa-doa dan pelimpahan pahala yang terkumpul dari menggantungkan bendera.

Terkadang menggantung bendera doa dikombinasikan dengan ritual membawa kemakmuran seperti mempersembahkan asap wewangian ‘Riwo Sangchö’, meskipun pada umumnya hal tersebut adalah praktik yang terpisah.

Karena ada simbol suci dan mantra pada bendera, maka bendera doa harus diperlakukan dengan penuh hormat. Bendera doa sebaiknya tidak menyentuh tanah dan ketika kita tidak membutuhkannya lagi, karena sudah usang atau rusak, bendera tersebut harus dibakar.

Hari menguntungkan untuk menggantungkan bendera doa

Manfaat dari menggantungkan bendera doa berkali-kali lipat bila dilakukan pada hari-hari spesial, semisal:

  • Dua minggu pertama setelah tahun baru Tibet, memperingati mukjizat semesta yang dilakukan oleh Sang Buddha dan sangat menguntungkan untuk latihan Dharma,
  • Hari ke 7 dan 15 bulan keempat penanggalan bulan disebut ‘Saga Dawa’. Ini adalah bulan yang sangat menguntungkan untuk latihan Dharma,
  • Hari ke 4 bulan keenam serta hari ke 15 bulan kesembilan. Hari-hari ini terhubung dengan kehidupan dan ajaran Sang Buddha.

Selama hari-hari itu, manfaat dari menggantungkan bendera doa berlipat 100 juta kali.
Selain itu, adalah menguntungkan untuk menggantung bendera pada saat bulan penuh dan baru. Waktu yang sangat baik untuk kegiatan ini adalah gerhana: selama gerhana matahari, manfaatnya dikalikan 100 juta kali sementara pada saat gerhana bulan 7 juta kali.

Ahli astrologi Tibet memberikan kombinasi dua elemen untuk setiap hari kalender Tibet, yang dapat berarti kondisi positif atau negatif. Dalam hal bendera doa, dikatakan bahwa kombinasi yang paling menguntungkan adalah “tanah-tanah”. Hari tersebut juga umumnya baik untuk memenuhi niat atau rencana. Sebagai contoh lainnya, elemen kombinasi menguntungkan yang lainnya adalah “air-air” atau “tanah-air”, yang merupakan hari baik untuk pernikahan dan kesempatan menyenangkan lainnya.

Umumnya, diyakini bahwa baik untuk menggantungkan bendera pada hari Senin atau Jumat.

Hari tidak menguntungkan untuk menggantung bendera doa

Menggantung bendera pada hari-hari astrologi yang tidak menguntungkan akan membawa rintangan yang konstan; bukannya kesejahteraan. Selama bendera terkibar, kondisi yang tidak menguntungkan akan muncul.

Hal tersebut karena kehadiran satu makhluk yang dalam kalender Tibet disebut baden. Baden senpo adalah iblis dari kelas roh elemental, yang disebut nagas. Mengantung bendera doa ketika energi baden aktif, membawa hasil yang negatif. Oleh karena itu, hari-hari tersebut tidak menguntungkan menggantung bendera. Namun demikian, mereka tidak memiliki pengaruh pada bendera yang telah digantung sebelumnya [hari yang lain]. Bendera-bendera yang telah digantung sebelumnya dapat tetap disana selama tidak rusak atau diganti dengan yang baru.

Untungnya, baden senpo hanya aktif selama beberapa hari dalam sebulan. Tergantung pada tradisi dari berbagai Vihara, perbedaan perhitungan astrologi mungkin terjadi.

Bagaimanapun, perlu diingat bahwa menurut para guru agung dan banyak lama lainnya, hari ketika kita menggantungkan bendera doa adalah jauh kurang penting dibandingkan dengan motivasi yang kita miliki ketika melakukannya. Yang paling terpenting adalah memiliki niat murni dan mengungkapkan harapan baik.