Bagaimana seharusnya kita berlatih
alih bahasa oleh Karma Choephel dan Ven. Lhundup Damcho untuk Jaringan penerjemah monlam dalam bahasa Inggris. Diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia oleh Upa. Siddhiraja
Dalam cerita Jataka, dikatakan,
Setelah mempelajarinya, praktikkanlah esensinya
Kamu akan terbebas dari benteng kelahiran dengan sedikit kesulitan.
Sama halnya, sang guru sendiri berkata dalam naskah-naskah vinaya:
Ada 2 hal yang harus dilakukan oleh para bhiksu: belajar melalui mendengar dan merenungkan serta melepaskannya melalui meditasi.
Gampopa berkata:
Seorang pemula seharusnya belajar sungguh-sungguh
Setelah mempelajari ajaran-ajarannya, praktikkanlah dengan sungguh-sungguh sebagai penjelasan, di awal seseorang seharusnya mendengarkan dan merenungkan Dharma dengan tepat melalui naskah-naskah dan kemudian melakukan praktik dari maksud yang telah dipelajari tersebut ke dalam esensinya. Ini adalah cara umum untuk menjunjung tinggi semua ajaran. Sang Buddha, yang telah melampaui kebajikan, telah mengatakan tidak hanya sekali, namun berulang kali bahwa para siswanya seharusnya menekankan praktik, menjunjung tinggi, menjaga, serta menyebarkan ajaran-ajaran realisasi dengan tepat. Melakukan hal ini sangatlah penting.
Kita dapat memahaminya ketika kita membaca riwayat Milarepa dan Marpa Sang penerjemah serta melihat apa yang mereka lakukan. Mereka tidak duduk berkeliling seperti kita, gemuk, bersenang-senang, dan menikmati diri. Mereka bersikap sebagai praktisi agung dimana mereka bermeditasi sampai daging yang ada pada diri mereka turun hingga ke tulang. Dari penekanan di dalam latihan inilah nama “silsilah praktik” diberikan, namun bukanlah sebagai hal yang demikian bila kita tidak sama sekali melakukan pembelajaran dan perenungan. Kita harus setidaknya mendengarkan dan merenungkan instruksi-instruksi Guru. Meski jikalau kita tidak dapat membaca naskah-naskah filosofi penting, tidak ada jalan bagi kita untuk bisa mengetahui bagaimana bermeditasi, setidaknya kita belajar dan merenungkan instruksi-instruksi Guru secara menyeluruh.
Untuk bermeditasi, pertama-tama adalah sangat penting untuk mengenali apa yang kita meditasikan. Jika kita bermeditasi tanpa mengenali hal tersebut, terdapat bahaya yaitu akan menjadi meditasi yang bodoh atau dharma yang bodoh. Jika kita pertama-tama tidak sepenuhnya memahami melalui mendengarkan dan merenungkan arti dari apa yang kita meditasikan, bagaimana kita dapat berlatih? Tanpa ada yang dilatih atau dimeditasikan, kita mungkin berkata, Saya berlatih atau Saya bermeditasi, namun kemudian ada bahaya bagi kita di akhir atau di antaranya, tidak akan kemanapun. Kita juga tidak akan di dunia maupun di Dharma. Kita mungkin mencoba untuk terlihat mengesankan, namun dikarenakan kita tidak di Dharma maupun di dunia, terdapat bahaya yang bisa kita katakan bahwa kita terperangkap di antaranya.
Meski jika para sesepuh dari silsilah praktik tidak belajar teks-teks filosofi secara sangat terperinci, mereka memberikan siswa-siswanya instruksi-instruksi secara terbuka atau langsung tentang pengalaman yang mereka capai – instruksi-instruksi dari seorang lelaki tua yang sedang menunjuk jarinya, atau secara simbolis menunjuk langsung pada instruksi-instruksi. Ada hal spesial yang terjadi ketika seseorang yang telah mendapat pengalaman memperlihatkan sebuah ekspresi atau membuat sebuah gerak isyarat tipis dengan tangan-tangannya. Setelah secara simbolis menunjukkan secara langsung pengalamannya, terdapat sebuah jalan umum membimbing siswa-siswanya menyusuri sang jalan, dimana para pengikut dari silsilah praktik harus tahu. Ini juga apa yang kita sebut sebagai silsilah makna dari realisasi. Sebagian besar dari para Guru di peringkat akar dari Kagyu dan silsilah para Guru awal mencapai suatu tingkat pembelajaran yang tinggi sebelum melakukan latihan meditasi, meski terdapat beberapa yang saya heran apakah mereka sendiri telah melakukan studi dan perenungan filosofi semacam itu.
Bagaimanapun, meski jika seseorang tidak mempunyai luasnya pembelajaran dan perenungan, pengalaman pencapaian dari guru-guru di masa lampau dapat menunjukkan secara jelas atau secara langsung pada siswa-siswanya, sehingga terdapat sesuatu yang spesial terjadi. Saya berpendapat bahwa jika siswa-siswa dari silsilah praktik dapat mengenali apa yang guru-guru akar dan silsilah telah turunkan dan tunjukkan dengan tak terputus serta apa yang Guru akar tunjukkan melalui pemahaman dari pengalaman ketika memberikan ajaran-ajaran dengan sungguh-sungguh kepada mereka, serta kemudian dapat menjadikannya sebagai esensi dari praktiknya, mereka akan menjunjung tinggi dan mempertahankan ajaran-ajaran dari silsilah praktik dari waktu ke waktu, dan mereka juga akan dapat membantu yang lain berkembang dan matang.
Mengapa demikian? Dengan Milarepa,misalnya, pertama-tama Sang Lama Marpa menunjukkan pengalamannya kepada dia melalui pertanda-pertanda, dan dia mengenal hal itu bagai sesuatu yang diberikan kepadanya. Kemudian dia melatihnya dengan sepenuh hati. Ketika kita membaca dalam kisah hidupnya bagaimana dia membaktikan dirinya-secara langsung pada latihan, hal tersebut membuat kita semua meneteskan air mata penuh keyakinan dan bakti, meski kita adalah penganut silsilah Dharma dari sakya, geluk, kagyu atau Nyingma, tanpa ada perbedaan. Seluruh penganut Sakya, Gelukpa, Kagyu, dan Nyingma menghormati Milarepa tanpa ada bias, meski tidak ada dalam semua sejarah bahwa dia belajar secara ekstensif dan menulis banyak naskah-naskah filosofi.
Bagaimanapun juga, Lama Milarepa sendiri berkata, “
Saya tidak mempunyai barang-barang persembahan untuk diberikan, tapi saya membuat persembahan dari latihan ini untuk ayah dan ibu para Lama selama sisa hidup saya.
Milarepa mengenali pengalaman instruksi langsung yang diberikan Marpa kepadanya. Setelah mengenalinya, dia menjadikan latihan tersebut sebagai sebuah hal yang utama.Itulah yang menjadikan dia sebagai makhluk agung, dapat memberikan manfaat bagi banyak makhluk melalui melihat, mendengar, mengingat, atau menyentuhnya. Ketika kita semua hanya mendengar namanya, kita merasakan sebuah kebaikan hati spesial yang luar biasa.
Seperti yang diungkapkan seorang Lama Nyingma,
terkadang ketika pikiran-pikiran kita kacau dan terdapat penderitan-penderitaan yang kuat, naskah-naskah agung tak dapat membantu kita, tetapi membaca Jalan Bodhisattva dan Kehidupan Milarepa dapat sedikit membantu. Bukankah begitu?
Dalam beberapa kasus, seseorang yang diketahui sebagai penulis kehidupan Milarepa, Yogi Ornamen tulang atau Heruka gila dari Tsang, adalah penulis yang piawai. Tulisannya sangatlah berkualitas tinggi.karyanya mengesankan hati dan menyentuh. Seorang pemula juga dapat memperoleh apa yang mereka pikirkan mengenai hal tersebut. Dia sangat luar biasa menyentuh [hati] kita. Hanya dengan mendengar kehidupan Milarepa, Milarepa telah menjadi seorang makhluk agung yang memberikan manfaat banyak makhluk,hanya dengan melihat, mendengar, berpikir atau menyentuhnya.
Untuk meningkatkan pandangan dan memeditasikan silsilah praktik atau meditasi yang tanpa kekeliruan kita butuh melatih pandangan yang tanpa kesalahan.Untuk pandangan ini, ada pengembangan pemahaman penuh pandangan dari obyek, kekosongan, juga pendahuluan serta diiringi-melalui praktik. Pendahuluan dan mengiringi melalui praktik adalah sama secara keseluruhan, tapi praktik utama mempunyai beberapa aspek perbedaan. Disini terdapat perbedaan esensi, perbedaan fokus, perbedaan teknik-teknik praktik, dan perbedaan kekuatan dari teknik, seperti yang telah dijelaskan. Terdapat juga 2 ciri perbedaan lain dari praktik utama; perbedaan untuk mencapai realisasi dan perbedaan cara dalam mengambil sang jalan. Menurut Dakpo kagyu, perbedaan cara untuk meningkatkan realisasi adalah dikarenakan berkah-berkah dari seorang lama yang telah merealisasikan kebenaran dari jalan yang telah dilihatnya. Perbedaan cara mengambil sang jalan adalah untuk mendapatkan persepsi langsung sebagai sang jalan bukan dari suatu penarikan kesimpulan.
Melalui obyek, kekosongan, terutama mereka yang mempelajari kekosongan dari sutra-sutra Mahayana merealisasikannya melalui bukti-bukti logis sifat Dharma, diantaranya raja penalaran, bukti-bukti kesalingtergantungan, dan seterusnya. Bagi jalan dan juga setelah meditasi, mereka mengikuti jalan terutama dengan cara analisa inferensial [yang dapat disimpulkan] seperti yang telah diajarkan. Bagaimanapun, semua hanyalah cara-cara untuk membimbing para siswa melalui perbedaan sifat dan kecenderungan menyusuri jalan setapak, Para Guru agung berkata; terdapat tanpa kontradiksi di antara mereka.
Oleh sebab itu, kita berkata bahwa kita di dalam silsilah praktik, tetapi sungguh-sungguh kita sedikit memalukan bagi garis silsilah, bukan? Saya bertanya-tanya apakah kita sedang mempunyai sesuatu dari latihan kita untuk berjalan di dalam silsilah.
Tidaklah baik untuk tidak membaca kehidupan-kehidupan para sesepuh Kagyu. Sewaktu kita membacanya, kita seharusnya takjub. Kita perlu melihat diri kita sendiri. Ketika kita membaca riwayat para sesepuh silsilah praktik, kita merasa,”Oh tidak!” kita terpanggil mengikuti jejak guru-guru agung silsilah praktik, akan tetapi ketika kita melihat diri kita sendiri, lupa untuk menjadi seorang yang mengikuti jejaknya – Saya berpikir kita hanya mempermalukan mereka. Ada sebuah bahaya; kita akan menulis ulang syair:
Yang mulia Guru berlatih demikian;
Kita yang ingin terbebas: menodainya demikian
Jadi, ketika kita membaca kehidupan-kehidupan para guru, kita bertanya-tanya dalam hati apakah perilaku kita sesuai dengan kehidupan-kehidupan dan perilaku-perilaku para guru. Tidak ada gunanya menjadi siswa-siswa dari silsilah praktik hanya nama saja.
Sesungguhnya,untuk berlatih demikian Lama Marpa dan yang lainnya mengalami banyak kesulitan dan membuat usaha-usaha yang luar biasa untuk pergi menuju ke India dan menerima abhiseka-abhiseka serta instruksi-instruksi secara keseluruhan dari guru-guru India Agung yang sejati. Mereka membawanya pulang menuju tanah Tibet yang penuh kegelapan, mengalihbahasakan, dan dengan langsung mengajarkan kepada siswa-siswanya yang melatih pandangan, meditasi dan perilaku, menurunkannya bagai seorang ayah yang memberikan kekayaan kepada anaknya. Mereka memberikan siswa-siswanya atau pengikut-pengikutnya di jaman sekarang yang dalam masa kemerosotan sebuah harapan dan kesempatan untuk membebaskan dirinya dari penderitaan kelahiran, penuaan, penyakit dan kematian. Jadi dari pandangan ini kita perlu untuk merasa bersyukur, dan ini adalah sangat penting.
Jika kita mengambil para pengikut Gelukpa sebagai contohnya, bhiksu-bhiksu secara individu mempunyai lukisan Tsongkhapa beserta kedua murid utamanya di kamar-kamarnya, yang menunjukkan bahwa mereka mengingat kebaikan dari tubuh, ucapan dan pikiran mereka. Hal itu sama jika kita para pengikut Kagyu yang pada dasarnya dengan berlahan-lahan melupakan tentang Marpa, Mila, dan Gampopa, seperti yang saya lihat saat ini. Pada umumnya, kita kelihatan memikirkan kata-kata Milarepa yang kita lafalkan hingga hari ini berasal dari tangan seorang Buddha yang membangkitkan ke-Buddhaan pada masa lampau dan kemudian turun dari [alam] Akanishta. Kita tidak berpikir dia adalah seorang manusia biasa seperti kita. Para Guru memperlihatkan bentuknya dari sesosok makhluk biasa, menjalani banyak kesulitan, dan membuat usaha yang kuat demi menunjukkan dengan jelas pembebasan untuk manfaat siswa-siswanya, dan kita membuangnya pergi bagai sesuatu yang tidak berarti dan tidak membantu. Ini adalah sebuah kesalahan. Setidaknya, jika kita tidak mempunyai kesempatan untuk berlatih, kita harus berterima kasih, bukan?
Untuk perbincangan tentang hal itu dari cara pandang yang lebih luas, terutama dunia alami luar – berbagai tanaman, hutan, dan seluruh hal lainnya yang terdiri dari 4 elemen – yang mendukung kehidupan kita, membuat hal tersebut memungkinkan bagi kita untuk bernafas, memberikan kita kesehatan yang baik, dan sebagainya. Dengan cara apapun anda melihatnya, hal tersebut sangat bermanfaat bagi kita. Kita harus bersyukur tentang hal tersebut. Kendati tanpa sedikitpun kasih sayang kita memusnahkan berbagai tanaman yang memberikan sebuah tunas atau tiap tonjolan kecil di tanah, membuangnya sebagai sampah.
Sama juga, jika kita berpikir tentang penghuni bumi ini, makanan kita, pakaian,tempat tidur, kepemilikan, tempat tinggal – singkat kata, apapun semua yang kita mungkin butuhkan adalah dibuat melalui usaha dan kesulitan-kesulitan banyak makhluk. Hal Itu tidaklah demikian jika rumah, pakaian-pakaian yang bagus, dan makanan yang entah mengapa telah ada di sana sejak kita dilahirkan. Itu adalah jelas bahwa seluruhnya ini terjadi melalui satu makhluk hidup yang tergantung pada yang lain.
Dari hal-hal terkecil di atas, bahkan secangkir teh mentega yang kita minum untuk sarapan tergantung pada banyak makhluk hidup untuk membuatnya. Beberapa dari mentega didalamnya mungkin berasal dalam kaitannya dengan berbagai binatang,dan beberapa yang lain terkait dengan tanaman. Namun hanya mempunyai sebuah tanaman adalah tidak cukup, dibutuhkan banyak orang untuk melakukan tindakan mengekstrak minyaknya dari tanaman dan memerasnya. Terdapat banyak orang yang terlibat di dalam menjualnya dan membawanya ke pasar.Maka sebab itu, hal tersebut melalui banyak tangan orang untuk hadir di sini. Inilah sebabnya mengapa tiap kali kita meminum secangkir teh, kita pertama-tama membuat persembahan teh. Sangatlah baik untuk bersyukur seperti itu, bukan?
Jika sebaliknya kita hanya dengan cepat-cepat meneguk secangkir teh tanpa pikiran apapun atau tanpa perhatian, Saya bertanya-tanya apakah kita adalah praktisi Mahayana yang sejati. Jika kita mengatakan kita praktisi Mahayana, di awal kita bermeditasi pada Bodhicitta, kita ingat bahwa seluruh makhluk telah pernah menjadi ibu-ibu kita. Kita berterima kasih. Rasa terima kasih dari menginginkan untuk membalas kebaikannya adalah bagai akar dari sikap dan latihan Mahayana kita, bukan? Kita seharusnya tidak hanya sebatas berterima kasih pada sesama manusia saja. Secara singkat, lingkungan lahiriah dan seluruh hutan, tanaman, dan apapun lainnya yang meliputi, semua membantu kita. Mereka mendukung kita. Kita seharusnya berterima kasih pada mereka.
Jadi tema utama Kagyu Monlam pada tahun ini adalah Berterima kasih
Tahun lalu yang menjadi hal utama adalah perlindungan lingkungan. Tahun ini tema utamanya adalah berterima kasih. Oleh karenanya adalah sangat penting bagi kita untuk berterima kasih. Ketika kita menjumpai riwayat-riwayat dari pendiri silsilah praktik disini , kita perlu untuk mengingat dan memegang dengan kuat di pikiran bagaimana mereka menjalani berbagai kesulitan dan menanggalkan perbuatan keliru demi manfaat para siswa mereka di masa mendatang. Kita dapat saja memohon pada mereka lagi dan lagi, namun sesungguhnya, kita harus dengan sepenuh hati melatih meditasi pada poin instruksi-instruksi mereka. Keduanya adalah sangat dekat. Jika kita pertama-tama membangun sebuah sikap berterima kasih, maka 50% telah menjadi baik.
Karena itulah, jika kita menjaga sikap berterima kasih dalam pikiran, saya berpendapat bahwa kita telah dapat menegakkan, melestarikan, dan menyebarkan ajaran-ajaran dari silsilah praktik. Jika tidak, kita akan memutar Dharma ke dalam sebuah hamparan yang kosong. Kita akan menjaga Dharma melalui melakukan apa yang seharusnya dan mencegah instruksi-instruksi dari berfungsi&membuat Dharma menjadi hanya tidak lebih dari sebuah hamparan yang kosong. Dari luar, hal itu akan nampak seperti bila kita seharusnya disebut Para Praktisi Dharma, namun jika menipu dan membohongi keyakinan publik, maka seperti yang dikatakan oleh Mao Tse Tung, Dharma akan menjadi racun. Jika Dharma tidak berfungsi sebagai Dharma, terdapat bahaya terpenuhinya prediksi Dharma akan menjadi penyebab yang melempar kita kembali ke alam-alam lebih rendah.
Oleh sebab itu, kita setidaknya perlu untuk memastikan Dharma tidak akan berbalik menjadi racun. Apa yang kita sebut Dharma adalah apa yang kita telah latih untuk membebaskan diri kita dari berbagai penderitaan di ketiga alam Samsara. Itu adalah alasan singkat mengapa kita melakukannya. Jika kita mengesampingkan kebebasan dari samsara, kita akan menggali diri kita lebih dalam dan dalam. Jika kita mencampur Dharma dengan 8 kondisi duniawi, melekat pada disiplin sebagai hal penting, serta berpikir mempertinggi pandangan kita, terdapat bahaya dimana kita akan menggali diri kita lebih jauh ke dalam dan semakin dalam di samsara. Membolak-balik Dharma dari dalam keluar dan atas kebawah, itu semua bukanlah tindakan yang sesuai dengan Dharma. Jadi, kita harus memegang hal ini di dalam hati.